Langsung ke konten utama

Unggulan

Review Hogwarts Mystery

🧙‍♀️ Review Hogwarts Mystery Sampai Year 4: Jadi Murid Hogwarts, Tapi Capek Nunggu Energi! Halo, para Muggle dan calon penyihir sejati! Kalian pernah nggak sih, ngebayangin dapet surat dari Hogwarts dan akhirnya bisa hidup di dunia sihir kayak Harry Potter? Nah, Harry Potter: Hogwarts Mystery tuh mewujudkan mimpi itu—tapi dengan catatan: kamu harus sabar, karena energi di game ini lebih cepat habis daripada harapanmu pas UTS. Aku udah main sampai Year 4, dan di blog kali ini aku mau berbagi review lengkap ala-ala.  Kita mulai dari awal masuk Hogwarts sampai drama dan pengkhianatan di tahun keempat (karena aku baru main sampe tahun keempat). 🎒 Year 1 – Masa Orientasi Murid Baru Kamu mulai petualangan sebagai murid baru Hogwarts. Pilih rumah, kenalan sama teman sekamar, dan langsung disambut Merula Snyde, si ratu drama penuh aura rivalitas. Kalau aku sih pilih Ravenclaw karena emang ngerasa jiwaku sangat Ravenclaw sekali wkwk, selain karakter favorite ku di novel a...

Sendiri Lebih Baik

Ya, jangan ditiru sih pemikiranku ini, tapi kenapa aku mikir gini? Apa alasannya aku punya pemikiran gini?


Kenapa gitu? 

Aku bisa terluka, lagipula didunia ini ga ada hubungan yang bertahan selamanya, entah putus, cerai atau pisah karena beda alam.

Memang ada beberapa kasus sehidup semati, tapi apa itu bakal terjadi di aku? Sangat kecil kemungkinannya.

Tapi dihadapanku, yang selalu kulihat dan kualami rata-rata berujung sakit, ga bahagia.

Yang awalnya akrab dan baik-baik aja bahkan bisa rusak karena perpisahan, seolah tidak pernah mengenal lagi, ada jarak diantaranya.

Awalnya memberi kebahagiaan menjadi membawa bayang-bayang menyedihkan.

Untukku juga, pasti aku ada kesalahan lah yaa, kenapa sih selalu berakhir buruk? Ya bearti sikapku juga kan jelek, dan aku sedang memperbaikinya, tapi daripada nyakitin pasanganku terus kedepannya, sebaiknya aku sendirian saja dulu sampe waktunya ‘seandainya’ aku berubah pikiran dan aku merasa bahwa diriku sudah cukup baik.


Apa aku pengecut? Hidup ini semua penuh resiko, masa kamu ga mau ambil resiko?

Selagi bisa dihindari resiko nya kenapa aku harus ambil? 


Lagian hidup sendiri kita bebas bisa apa aja, ga takut ditinggalin, aku bisa lebih bahagia, bebas berekspresi.

Mau punya anak? Kan bisa Adopsi, kesepian? Ada hewan peliharaan, bersosialisasi dengan tetangga atau teman, beribadah mengobrol dengan tuhan.


Kamu takut kesepian? Kamu takut kesendirian? Cobalah Meditasi, temukan kesenangan pribadi, jadi tetangga yang baik, sering-sering mendatangi atau membantu di panti asuhan/jompo, dan bermain dengan hewan peliharaan.



Tulisan ini bukan sebagai kampanye ‘ga usah menikah’, tapi hanya sebuah pemikiranku saja.

Jujur aku takut, takut merasakan sakit.

Mungkin kedepannya aku berhenti memikirkan ini, tapi untuk sekarang aku berpikiran bahwa sendirian itu lebih baik.


Hidup di pedesaan, jauh dari hiruk pikuk, berkebun di perkebunan kecil, berternak, dsb nya.

Tidak perlu takut jadi jelek karena matahari dan kotor, tidak perlu menjaga wajah dan tubuh untuk pasangan kita, tidak perlu takut nanti bakal ditinggalin suami karena jelek.

Tanggung jawab hidup bersama juga lebih berat nantinya, gimana seandainya aku tidak bisa jadi pasangan atau ibu yang baik?

Aku hanya cukup fokus kepada diriku sendiri untuk kedepannya, no more heartbroken lagi.

Aku bisa Ratu kan diriku sendiri, aku bisa ngandelin diriku sendiri, tanpa Raja aku bisa.




Sebagian orang dipertemukan untuk saling menguatkan, bukan untuk dipersatukan.
Dan hal yang paling menyakitkan adalah berharap sama manusia.


Komentar

Postingan Populer